Minggu, 09 Desember 2012

'Aina anta yaa jundullah??? (Dimanakah Kalian Wahai Prajurit-prajurit Allah)


Jika tidak ada yang dikorbankan, maka itu bukan PERJUANGAN.
Jika berdiri tegak tanpa ujian, maka itu bukan KETANGGUHAN.
Jika Allah masih bersama kita, maka semua itu bukan penderitaan.

Pada waktu itu aku masih muda. Memang tidak setua sekarang, yang telah S2. Kira-kira sekitar semester tiga, yang masih kuliah hukum perdata. Di masjid itu, pelataran selatan masjid kampus UGM, kami pun memikirkan tentang awal mula dakwah berjamaah. Ya, awal mula dakwah berjamaah. Awal mula dakwah syiar untuk masyarakat sekitar dalam sebuah bangunan kerakyatan. Dikatakan awal mula dakwah berjamaah tentu maksudnya pada masaku. Pada masa awal 'hidupku'. Pada masa permulaan ketika mengukir riwayat baru diriku. Yang ku ingat pada waktu itu, adalah satu lawan satu, kawan. Bukan berarti kami sedang perang hadap-hadapan, melainkan memang tidak ada orang dalam sebuah undangan besar yang mengharapkan kedatangan dari tiap perwakilan, sehingga pada waktu itu tercatat hanya aku, satu orang akhwat dan dua orang ikhwan dalam pertemuan itu.

'Aina anta yaa jundullah???
Kemana yang lain? Mereka tidak bisa datang. Yang lain tsiqoh kepada kami untuk memutuskan. Berat, karena tsiqoh bagi si penyandang bukan perkara mudah. Ada hisab yang harus dipertanggungjawabkan. Apalagi hal tersebut terus berulang, tentu dengan komposisi yang berbeda. Dua tiga, tiga empat, sepuluh lima, enam tujuh, tiga dua. Tak tentu. Saking tak tentu, ini juga yang mempengaruhi perbedaan frekuensi kepahaman tentang lembaran dakwah berjamaah yang kami ukir. Hal ini memang telah dipahamkan, namun perjalanannya terkadang hal ini juga tak banyak membantu untuk perbaikan kualitas keadaan dakwah berjamaah. Ya, dakwah berjamaah. Inilah yang akan aku bahas kedepan. Tentang keadaanku, saat ini. Tentang keadaan teman-temanku. Keadaan aku dan teman-temanku yang menjadi sisa. Tersisa tepatnya. Yang tersisa.

***

Suatu malam aku mendapatkan pesan dalam sebuah handphone lamaku. Ada yg bertanya. Rasanya memang sudah lama. Sudah lama kami tidak melakukan penyebaran publikasi dan bergerak semangat untuk melakukan aksi. Ini adalah seputar usaha kami, kawan. Bukan aku, tapi kami yang merupakan sisa tadi. Bunyinya "mba, ada teman saya yang mau berlangganan, satu di selatan amplaz, satu lagi di sebelah selatan gembiraloka (rejowinangun). bisa ngak mba diantar? Ini yang program kerjasama SKI itu lho mb.." Akupun berpikir. Takut salah mencerna. Berpikir tentang kerjasama yang mana. Ketika dapat. Dapat mencernanya dengan baik, pikirankupun terus melambung. Jauh, ya amat jauh, kawan. Bayangan seorang pegawai, dengan gaji kurang dari lima ratus ribu aku bayangkan mengantar minuman yang kami perjuangkan. Sebuah minuman yang kami putuskan dapat menjadi pesaing minuman yang telah lama beredar. Sebuah minuman yang kami perjuangkan dapat melawan raksasa besar. Sebuah minuman yang kami putuskan punya banyak kelebihan. Dimiliki pengusaha muslim, berhalal MUI, Harga yang murah beredar di lingkungannya, dan yang terpenting ini untuk Palestine, kawan. Negeri tercinta yang dalam 'wacana' selalu kita perjuangkan. Ya, negeri yang telah terjajah jauh melebihi tahun seribu sembilan ratus dua puluh dua. Negeri yang tak ada hari terlewat tanpa konflik dan sengketa. Inggris terang-terangan menerapkan kebijakan berpihak pada zionisme. Memberi fasilitas dan sarana untuk mendirikan negara Israel yang berdaulat. Lantas penduduk Palestine? Mereka terpecah-pecah tanpa terorganisir. Inilah negeri Palestina, ya Palestina. Sebuah negeri yang banyak diperjuangkan, tapi terkadang yang memperjuangkan tak tau apa esensi dari sebuah perjuangan.

Pada awalnya 'wacana' ini, didapat dari sebuah forum perwakilan. Syuro yang terus dilakukan, memutuskan ada dua agenda besar yang harus kami selesaikan. Satu tentang UGM bebas maksiat dan yang kedua tentang Save Palestina. Kamipun terus berpikir. Mulai berproses dan mulai mengakses. Analisa demi analisa, analisa kepada kesimpulan, dan kesimpulan ditutup dengan keputusan. UGM bebas maksiat telah dilakukan dan kami anggap selesai karena telah terjalin kerjasama dengan pihak rektorat, meskipun memang banyak catatan disana-sini. Namun, Save Palestine? Ini masih menjadi PR kami. Realitanya, mahasiswa hanya bergerak pada saat Palestina digempur. Tidak membangun basis penopang secara berangsur.
Kelihatannya memang gampang. Namun, sangat sulit untuk dipraktekkan. Kelihatannya memang mudah, namun tetap kami jumpai masalah. Alhasil, sebuah solusi pembangunan 'maket' kecil yang harus kami mulai dari diri sendiri dan saat ini menjadi kesimpulan dari pembicaraan yang telah lama digaungkan. Titik tekannya adalah ini akan terealisasi dengan kerja-kerja berjamaah.

Kegiatan ini sempat berjalan baik, namun lambat laun terhenti dengan kepengurusan dan kesibukan masing-masing dari perwakilan fakultas. Dan berakhir pulalah perjalanan dakwah kami. Tak bersisa. 'Aina anta yaa jundullah??? Selesai kepengurusan, selesai pula program kerjanya. Walaupun kami telah menanggulanginya dengan memahamkan kader penerus dengan semangat perjuangan empat lima.

Hilang satu tumbuh seribu. Aku ungkapkan platform itu pada teman seperjuanganku yang lain. Alhasil, waktu pun terus berjalan. Membuat segalanya yang tidak mungkin menjadi mungkin. Yang tidak ada menjadi ada. Masing-masing dari kami mengumpulkan tenaga, nyali dan harta. Memang kadang ini selesai, tapi kadang juga tidak bisa diselesaikan. Lambat laun berjalan. Lama bertahan, tapi wallahualam ada perubahan.

***

Atas bencana yang menimpa Indonesia, aku tidak ingin kalian menjadikannya seperti 'wacana' berjuang untuk Palestina. Merasa berjuang tapi tidak paham atas esensi dari sebuah perjuangan. Berdatangan hanya untuk objek wisata bencana alam. Lontang-lantung dengan melihat kanan kiri, tanpa bisa berbuat apa-apa. Seakan miris, padahal grasak-grusuk tidak terkonsep dan mengganggu tim SAR serta korban bencana alam.

'Aina anta yaa jundullah??? Saat orang bekerja memenuhi kebutuhan dirinya seorang PEJUANG berpeluh keringat memenuhi kebutuhan orang lain.

'Aina anta yaa jundullah??? Saat orang-orang beristirahat, seorang PEJUANG terus beramal untuk istirahatnya di alam kubur.

'Aina anta yaa jundullah??? Saat orang-orang menumpuk-numpuk harta untuk kesenangan dunia, seorang PEJUANG sibuk mengumpulkan amal untuk kebahagiaan akhirat.

Memang seperti itulah dakwah, kawan. Dakwah adalah cinta. Cinta akan meminta semuanya dari dirimu. Sampai perhatianmu. Berjalan, duduk dan tidurmu. Bahkan ditengah lelapmu, isi mimpimu pun tentang dakwah. Tentang umat yg kau cinta. Lagi-lagi memang itulah dakwah. Menyedot saripati energimu. Sampai tulang belulangmu. 'Aina anta yaa jundullah???
Sebuah Semangat dari Ustad Rahmat Abdullah. Walau tidak bertemu secara langsung, aku bisa merasakan Semangatnya. Bangkitlah! Semoga Allah memuliakanmu, PEJUANG!!!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar