Cinta.
Apakah yang terbersit pertama kali saat kita bicara tentang cinta? Anak
Fakultas MIPA jurusan Matematika mungkin akan mengartikan bahwa cinta adalah
sebuah teka-teki belaka. Cinta itu membingungkan, tapi bisa diselesaikan dengan
beragam rumusan. Yang penting kita pegang konsep dasarnya dan kita dapat
membolak-balikannya.
Cinta. Ada
bedanya menurut anak Fakultas Ekonomi dengan anak jurusan Matematika. Mereka
mengatakan bahwa cinta adalah titik keseimbangan dari penawaran dan permintaan
yang disepakati. Cinta ibarat keyakinan Adam Smith yang meyakini pasar untuk
selalu seimbang. Istilah Schumpeter keseimbangan itu disebut ‘arus sirkuler’
dimana bagi setiap penawaran telah menunggu suatu permintaan yang sama di suatu
tempat, begitu juga bagi setiap permintaan menunggu pula penawaran yang sama.
Cinta pasti akan seimbang pada waktu dan tempatnya, sehingga jangan pernah
memaksakan cinta sesuai kehendak diri karena cinta memang hadir bukan untuk
dipaksakan.
Cinta.
Seribu makna.
Apa itu
cinta? Cinta dimaknai anak jurusan Bahasa Indonesia sebagai puisi nan jenaka.
Banyak buih kata namun punya beragam makna. Cinta semanis gula, seasem jeruk,
sepahit kopi, seasin garam. Cinta ibarat sambal kecap yang membuat kita
merasakan hal yang manis dan pahit secara sekaligus. Cinta tak bernyawa tapi
tumbuh di dalam jiwa. Cinta tak berwarna namun bisa membuat kita mendadak
tertawa. Cinta tidak berasa tapi dapat membuat kita menjadi perasa. cinta itu
buta, dan ia tak bisa diungkapkan dengan kata-kata. Rintihannya adalah
nafsunya. Kemilaunya adalah perhiasanya. Kedamaianya adalah cahayanya. Cinta
adalah kegalauan hati bagi para pemiliknya. Puisi ini tampak sinergis dengan
apa yang dikatakan oleh bapak Anis Matta. Menurutnya cinta itu kata tanpa
sebuah definisi.
Cinta
punya silogisme. Premis mayor cinta adalah kegalauan. Premis minor cinta adalah
kita bisa galau. Apakah ketika kita galau maka kita sedang merasakan cinta?
Sebuah judul dan pertanyaan penting untuk diriku atas refleksi minggu kelima
keberadaanku di camp Hubla, Cipayung saat ini.
Lantas apa
itu cinta menurut diriku? Menurut pengajar muda lulusan Fakultas Hukum?
Menurutku, cinta adalah suatu hal yang bisa membuat seseorang kalau tidak
ditembak maka akan digantung. Cinta itu menyakitkan. Cinta itu tidak bisa
ditawar. Ia dikenakan kepada siapa saja. Tidak mengenal usia apalagi jabatan
atau tahta. Cinta itu bagaikan kata-kata Bang Napi, "Cinta terjadi bukan
karena niat pelakunya, tapi karena ada kesempatan, Waspadalah...
Waspadalah". Maka jangan bermain-main dengan cinta dan jangan turut serta
ikut mencoba-coba. Karena pelaku, penyerta, pembujuk atau penganjur semua akan
turut diminta pertanggungjawabannya. Tentu sesuai kadarnya, sesuai
tindak-tanduk kejahatannya. Sebuah tindakan yang harus dipertanggungjawabkan
kepada Yang Maha Kuasa.
Inilah
yang aku rasakan beberapa minggu berada di Hubla. Entah aku atau lingkunganku
semua berkonspirasi untuk memunculkan perasaan cinta. Apa mau dikata aku
terinfeksi premis khusus bernama galau. Katanya aku galau. Indikatornya aku
lebih senang memutar lagu-lagu bernuasa cinta yang berayun sendu, mungkin
ketukan dua per dua saking sendunya. Aku juga sering menyebut-nyebut namanya.
Namanya masuk pada ruang-ruang kosong di amygdalaku. Atau mungkin sudah
menggantikan hapalan-hapalanku. Dzikir hatiku sempat tergantikan dengan
mengaum-ngaum hal-hal baru yang selalu kebetulan tentang dirinya. Entah sebuah
nama jalan yang akan dituju tertera nama dirinya. Entah nama anak didikku yang
dipanggil persis dengan sebutan namanya, walaupun sebenarnya itu adalah nama
bapaknya. Kesamaan warna pakaian. Kesamaan sebuah asumsi pembicaraan. Kesamaan
posisi duduk dalam sebuah pertemuan. Atau kejutan-kejutan lain yang tiba-tiba
muncul bernuansa syahdu tentang dirinya. Aihhhhh. Salah apa aku pada dunia?
Atau mungkin aku yang harus menyalahkan diriku tentang semua
kebetulan-kebetulan yang ada? Aku tidak berharap memunculkan perasaan cinta.
Aku tidak bermain-main pada kesempatan atau memunculkan niat untuk mencinta.
Terlalu pagi mengatakan cinta pada aku yang tergolong tua. Tapi anehnya aku tak
bisa berbuat apa-apa. Kadang-kadang aku hanya tersenyum malu dengan semua
torehan takdir yang berjalan tanpa pernah diduga. Atau aku kadang menangis
meratapi takutnya aku benar suka.
Itukah
delik rasa cinta? Sebuah kegalauan yang dirasakan oleh para pemiliknya. Sebuah
takdir dari Yang Maha Kuasa, dibuat dengan begitu sempurna. Takdir yang
mengaduk-ngaduk hati manusia. Setiap orang bebas datang dan keluar, tergantung
seberapa besar manajemen hatinya pada Allah Yang Maha Kuasa. Siapa saja dapat
terseret mahligai cinta jika tak kuat iman dan hanya menuruti nafsu semata.
Mengelola
cinta. Tak sulit namun berdaya ledak tinggi. Salah tingkah dapat menyebabkan
hati bisa mati. Salah gerak dapat menyebabkan muka pucat pasi. Mungkin Allah
punya misi. Sebuah janji yang telah disiapkanNya esok hari. Sebuah pelajaran
hidup yang harus terus dievaluasi. Cobaannya hanya sekali. Bisa diulang, kalau
kita tidak lulus pada ujian kali ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar