Aku Kangen
(Yogyakarta)
Lampu-lampu
berwarna merah itu ada lagi. Mereka berpendar. Tersenyum seakan ingin mengucap
selamat datang dalam arena yang dulu tlah lama kau tinggal.
Suara
roda-roda besi itu ada lagi. Mereka bersimpul terikat mati. Berada di bawah
gerbong-gerbong tua yang baru dibenahi. Besi itu berpilin mengabarkan yang lama
tinggal, sudah pergi. Sisa yang baru--sama dengan kau waktu enam tahun lalu.
Bunyi
klakson kereta juga tak mau ditinggal. Ia menyusul, dari belakang dan dari
depan. Seakan membisikkan untuk mempersiapkan dirimu jauh lebih matang.
Angin yang
dulu juga masih ada. Ia masih membelaiku halus. Menenangkanku untuk tidur
tinggalkan sesak keramaian ibukota.
Seperti
biasa. Digerbong kereta begitu sepi. Sisa petugas yang sibuk memeriksa karcis
dan mengucapkan terima kasih. Yang lain sudah terlihat lelah. Beberapa sudah
pulas. Tenang. Mungkin penduduknya sudah bermimpi. Mimpi telah sampai di kota
itu. Kota pertama, tempatku mengenal Dia. Kota pertama, tempatku mengenal
dakwah. Kota pertama, tempatku sering bertemu denganNya.
Ah,
Jogyakarta.
Aku
kangen.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar