Kemana
perginya air laut, mengapa tiba-tiba pergi begitu surut? Kemana perginya
bintang di Pulau Jawa, mengapa jauh lebih sedikit dari apa yang ada di
pandangan mata? Kemana perginya bintang yang bertaburan, mengapa jika bulan
bercahaya, jumlahnya semakin berkurang dari benderang yang biasanya?
Kemana
perginya air tawar di daerah pantai, mengapa hanya ada satu sumur yang bisa
sediakan untuk semua kebutuhan? Kemana perginya tanah merah di sebuah pulau,
mengapa hanya terlihat putih, tandus, tak bisa ditanam sedikitpun oleh sayuran?
Kemana
perginya telur-telur ayam di ibukota, mengapa tiba-tiba kosong, tak berjatah,
katanya habis, tak bersisa? Kemana perginya ikan-ikan di laut, mengapa begitu
sulit didapat padahal nelayan sudah mencarinya sampai tengah malam di laut luas
tak bertepi?
Kemana
perginya sinyal kala pagi menyusup sore? Kemana perginya goncangan-goncangan
gempa, mengapa BMG selalu mengabarkan padahal kami yang disini tak pernah
sedikitpun turut merasakan?
Kemana
perginya busa saat mandi, mengapa mandi dengan air asin tidak membuat bola-bola
sabun menyeringai saat bertemu kulit yang kelam karena sengatan matahari?
Kemana
perginya penyakit kanker, polip, usus buntu dan sejenisnya, mengapa yang
terdeteksi lagi-lagi hanya penyakit edemik bernama malaria? Kemana perginya
dokter tua dan yang muda, mengapa yang ada hanya akar putih, sajen, dan
cipratan air menerawang katanya santet, dimainkan, telah diguna-guna?
Kemana
perginya para guru ngaji, tak inginkah mereka berdakwah sampai ujung pelosok
negeri? Kemana perginya para pejabat tinggi, mengapa sudah merampok uang rakyat
malah menambah beban APBN untuk mencari-cari? Kemana perginya anak-anak negeri,
mengapa belajar tinggi-tinggi tapi tak ingin keliling ke negeri sendiri?
Kemanakah
perginya kelak kita nanti?
Bukankah
semua jawaban telah tercatat jelas di atas Arsy?
*Adaut, 31
Juli 2011, Mau sampai kapan terus berkontemplasi? KONKRET perbaikan diri,
karena hanya kita yang mempertanggungjawabkan di penghujung akhir nanti !!!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar